KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI
A.
Kepemimpinan
1.
Pengertian
Dan Kemampuan Yang Perlu Dimiliki Pemimpin
Seorang
pemimpin adalah seorang yang diberi kepercayaan untuk memanfaatkan
sumber-sumber daya yang ada semaksimal mungkin dengan mempertimbangkan faktor-faktor
kekuatan dan kelemahan internal organisasi dan memperhatikan peluang dan
ancaman lingkungan eksternal untuk tercapainya suatu tujuan. Dalam usaha untuk
dapat memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin,
seorang pemimpin dituntut untuk memiliki beberapa keterampilan sebagai berikut
:
1) Keterampilan teknis (technical skill),
yaitu keterampilan untuk menggunakan pengetahuan, metode, prosedur, proses dan
peralatan yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugas tertentu yang diperoleh
dan pengalaman, pendidikan dan pelatihan. Keterampilan ini penting bagi
pimpinan tingkat bawah, dimana hubungan antara pemimpin dan bawahan sangat
dekat. Namun kurang begitu penting bagi pimpinan tingkat atas.
2) Keterampilan kemanusiaan (Human
skill), yaitu keterampilan untuk bekerja dengan dan melalui orang lain, yang
mencakup pemahaman tentang motivasi dan penerapan kepemimpinan yang efektif.
3)
Keterampilan
konseptual (Conceptual skill), yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas
organisasi dan h3suaian setiap bidang kegiatan kerja organisasi ke dalam bidang
lain secara menyeluruh dan terkoordinir. Ketrampilan konseptual berkaitan
dengan gagasan, untuk berpikir dalam kaitannya dengan model, kerangka, hubungan
yang luas seperti rencana jangka panjang.
Gambar : Keterampilan
pimpinan berdasarkan tingkat manajemen
Tingkat manajemen Kemampuan yang diperlukan
Manajemen Tingkat.
Tingkat manajemen Kemampuan yang diperlukan
Manajemen Tingkat.
Tingkat
Manajemen
|
Kemampuan yang
diperlukan
|
|
Manajemen
Tingkat Atas
|
Konseptual
|
|
Manajemen
Tingkat Menengah
|
||
Kemanusiaan
|
||
Manajemen
Tingkat Bawah
|
|
|
Teknis
|
2.
Pengertian
kepemimpinan
Kepemimpinan
merupakan salah satu aspek manajerial dalam kehidupan organisasi dan merupakan
suatu posisi kunci. Menurut George Terry, kepemimpinan adalah aktivitas
mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara
sukarela. Paul Hersey mendefinisikan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi
tertentu. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengartikan aktivitas
seseorang atau sekelompok orang untuk tercapainya suatu tujuan pada situasi
tertentu.
Kepemimpinan
seseorang akan mampu membedakan karakteristik suatu organisasi dengan
organisasi lainnya. Kepemimpinan yang dinamis dan efektif sangat dibutuhkan
oleh suatu organisasi. Dengan memahami teori kepemimpinan, seorang pemimpin
akan dapat meningkatkan pemahaman terhadap individunya, mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang ada pada dirinya, serta akan dapat meningkatkan kemampuannya
untuk mengarahkan dan mengendalikan para
bawahannya.
bawahannya.
3.
Beberapa
Pendekatan Teori Kepemimpinan
Dengan
memahami teori kepemimpinan, seorang pemimpin
dapat menentukan gaya kepemimpinannya secara tepat sesudah dengan situasi dan kondisi para bawahan. Oleh
karenanya jika seorang pemimpin ingin meningkatkan kemampuan kepemimpinannya
sehingga lebih dinamis dan efektif, perlu mengetahui dan memahami ruang lingkup
gaya kepemimpinan yang efektif. Pendekatan dasar terhadap kepemimpinan menurut
Heliriegel dan Locu dapat dikelompokkan ke dalam tiga pendekatan :
a.
Pendekatan
sifat (traits approach), dengan lebih menekankan pada pendekatan karakteristik
individu pemimpin
b.
Pendekatan
perilaku (behavioral approach), dengan menekankan pada pendekatan
tindakan seorang pemimpin
c.
Pendekatan
kontingensi (contingency approach), dengan menelaah hubungan antara
karakteristik organisasi dengan perilaku seorang pemimpin.
Secara
garis besar ketiga pendekatan di atas dapat diuraikan
sebagai berikut :
sebagai berikut :
a. Pendekatan
sifat (traits approach)
Usaha
untuk merumuskan teori kepemimpinan mula-mula
dimulai dan usaha untuk mengidentifikasi ciri-ciri seorang pemimpin yang berhasil. Pada masa tersebut pendekatan ditujukan pada sifat-sifat pemimpin yang meliputi: keadaan fisik, latar belakang sosial, kepribadian serta karakteristik yang berhubungan dengan tugas-tugas. Ciri-ciri tersebut merupakan sifat-sifat yang diperkirakan sebagai sifat harus dimiliki seorang pemimpin dan menjadi faktor penentu yang membedakan antara seorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin. Keith Davis menyatakan bahwa ada empat macam kelebihan sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu meliputi: (1) intelegensi, (2) kematangan dan luasnya pandangan sosial, (3) motivasi individu untuk berprestasi, dan (4) mempunyai kemampuan untuk mengadakan hubungan antar manusia.
dimulai dan usaha untuk mengidentifikasi ciri-ciri seorang pemimpin yang berhasil. Pada masa tersebut pendekatan ditujukan pada sifat-sifat pemimpin yang meliputi: keadaan fisik, latar belakang sosial, kepribadian serta karakteristik yang berhubungan dengan tugas-tugas. Ciri-ciri tersebut merupakan sifat-sifat yang diperkirakan sebagai sifat harus dimiliki seorang pemimpin dan menjadi faktor penentu yang membedakan antara seorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin. Keith Davis menyatakan bahwa ada empat macam kelebihan sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu meliputi: (1) intelegensi, (2) kematangan dan luasnya pandangan sosial, (3) motivasi individu untuk berprestasi, dan (4) mempunyai kemampuan untuk mengadakan hubungan antar manusia.
b. Pendekatan
Perilaku (behavioral approach).
Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan
dapat dipelajari dan tindakan seorang pemimpin dan bukan dan
sifat-sifat atau ciri-ciri seorang
pemimpin yang sukar untuk diidentifikasi.
Pendekatan ini membahas suatu
cara untuk mengidentifikasi pemimpin yang efektif melalui profil
perilaku pemimpin. Beberapa teori yang menelaah kepemimpinan dari pendekatan perilaku antara lain
adalah:
1)
Teori
kepemimpinan Universitas
Michigan
Kelompok Michigan berusaha mempelajari kepemimpinan, dengan menggolong-golongkan ciri-ciri yang kelihatannya satu dengan yang lain ada saling hubungan serta ada hubungannya pula dengan
efektifitas kepemimpinan. Dalam
studinya diidentifikasi kepemimpinan, yaitu (1) gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan (2) gaya kepemimpinan yang berorientasi
produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan sangat memperhatikan hubungannya dengan bawahan, sedangkan yang berorientasi pada produksi
sangat memperhatikan hasil yang dicapai oleh perusahaan.
2)
Teori
kepemimpinan Ohio State University
Ohio State University mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan , yaitu: (1) gaya kepemimpinan penuh perhatian
(consideration), yaitu berhubungan dengan persahabatan, saling mempercayai, penghargaan dan kehangatan dalam hubungan antara pemimpin
dengan bawahannya; (2) gaya memprakarsai suatu struktur (initiating structure),
yaitu cara pemimpin melukiskan hubungannya dengan bawahan dalam usaha
menetapkan pola organisasi, saluran komunikasi dan metoda atau prosedur yang digunakan
dalam organisasi.
3)
Teori
Kepemimpinan Managerial Grid
Teori
ini dikembangkan oleh Robert K. Blake
dan Jane S. Mouton yang mengidentifikasi variasi gaya dan hasil kombinasi antara
“perhatian pada orang” (concern for
people) dan “perhatian pada
hasil” (concern for production). Berdasarkan kombinasi tersebut
dihasilkan lima gaya kepemimpinan sebagai berikut:
(1) gaya kurang
efektif (impoverish), dengan ciri rendahnya hubungan dengan orang dan hasil
(2) gaya moderat
(middle-of-the Road), dengan ciri memperhatikan keseimbangan antara perhatian
pada human relation dan prestasi kerja pada tingkat yang cukup
memuaskan;
(3) gaya yang menekankan pada kepuasan orang dengan mengorbankan penyelesaian tugas (country
club);
(4) gaya yang menekankan pada prestasi kerja dengan mengorbankan human relation (task);
(5) gaya yang
memperhatikan peningkatan prestasi kerja dan
human relation (team).
human relation (team).
b. Pendekatan
kontingensi (Contingency approach)
Seorang pemimpin dalam setiap melakukan pengambilan keputusan selalu
dipengaruhi oleh faktor situasi.
Pendekatan kontingensi menitik beratkan
pentingnya situasi dalam menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai
setiap masalah yang dihadapi. Fiedler dan Chemers mengembangkan teori
kepemimpinan yang disebut dengan Leadership
Contingency Model. Menurut pendekatan ini kepemimpinan yang berhasil bergantung kepada penerapan gaya seorang pemimpin terhadap tuntutan situasi.
Suatu gaya kepemimpinan akan efektif apabila gaya. tersebut digunakan pada
situasi yang tepat. Menurut Fiedler ada tiga faktor yang menentukan apakah
suatu situasi dapat membantu pemimpin dalam menetapkan gaya kepemimpinannya
secara efektif :
(1). Hubungan antara pemimpin dengan
para anggota. Hubungan ini dianggap merupakan faktor yang penting sebab
akan menentukan kekuasaan dan pengaruh-pengaruh seorang pemimpin. Otoritas pemimpin tergantung pada diterima atau tidaknya seorang pemimpin oleh anggota. Apabila karena
kepribadiannya seorang pemimpin disenangi anggota kelompoknya maka tidak
diperlukan dukungan organisasi melalui struktur tugas atau kekuasaan karena
kedudukan;
(2). Struktur
tugas. Seberapa besar ruang lingkup dan terperincinya tugas-tugas yang dihadapi,
akan menentukan sejauh mana seorang
pemimpin dapat
memberikan instruksi dan mengendalikan para bawahannya. Makin besar
ruang lingkup dan makin terperinci tugas-tugas yang ada maka akan makin besar
dukungan organisasi kepada seorang pemimpin. Pada tugas yang tidak terstruktur,
pemimpin harus mengetahui masalahnya lebih banyak dibandingkan dengan para
bawahan;
(3) Kuasa
dalam posisinya sebagai pemimpin, yaitu kekuasaan yang dimiliki pemimpin karena
kedudukannya. Kombinasi dan ketiga hal tersebut dapat menghasilkan dimensi baru
yang disebut dengan “The Situational Favorableness Dimension”, seperti terlihat
pada gambar berikut :
Hubungan Pemimpin anggota
|
Baik
|
Tidak Baik
|
||||||
Struktur Tugas
|
Tinggi
|
Rendah
|
Tinggi
|
Rendah
|
||||
Kekuasaan
(Karena Posisi |
Kuat
|
Lemah
|
Kuat
|
Lemah
|
Kuat
|
Lemah
|
Kuat
|
Lemah
|
Gambar: The Situational
Favorableness Dimension, Fiedler
Berbicara
tentang kuasa (power), yaitu potensi untuk mempengaruhi orang lain, menurut
French dan Raven yang dikembangkan oleh Hersey dan Goldsmith bersumber dari
tujuh faktor :
a)
Kuasa
paksaan, didasarkan pada rasa takut. Potensi seorang pemimpin untuk
mempengaruhi para pengikutnya didasarkan pada ancaman-ancaman atau paksaan.
Makin tinggi kuasa paksaan yang dimiliki seorang pemimpin atau semakin besar
kemampuan pemimpin untuk dapat memaksa para pengikutnya maka akan semakin besar
kemampuan pemimpin untuk dapat mempengaruhi pengikutnya.
b)
Kuasa
ganjaran, didasarkan kemampuan seorang pemimpin untuk dapat menyediakan imbalan
bagi para pengikutnya. Makin tinggi kuasa ganjaran yang dimiliki pemimpin,
berarti makin besar mereka dapat menyediakan imbalan bagi para pengikutnya,
maka makin besar pula pengaruh seorang pemimpin terhadap para pengikutnya.
c)
Kuasa
legitimasi, berdasarkan posisi jabatan yang dipegang seorang pemimpin. Makin
tinggi kuasa legitimasi yang dimiliki seorang pemimpin, yang berarti semakin
tinggi posisi seseorang maka akan semakin besar pula potensi mempengaruhi orang
lain.
d)
Kuasa
keahlian, didasarkan atas keahlian, keterampilan den pengetahuan yang dimiliki
seorang pemimpin. Pemimpin yang tinggi kuasa keahliannya, berarti akan banyak
dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi pare pengikutnya; sehingga akan
memudahkan jalan kehidupan para pengikut. Keadaan ini akan menimbulkan
kepatuhan para pengikut terhadap pemimpin tersebut.
e)
Kuasa
referen, didasarkan sifat-sifat pribadi seorang pemimpin. Pemimpin yang tinggi
kuasa referensinya, berarti mempunyai sifat-sifat kepribadian yang baik dan
dikagumi, sehingga dapat membantu orang lain dalam menghadapi masalah, akan
semakin besar potensi untuk mempengaruhi orang lain.
f)
Kuasa
informasi, didasarkan informasi yang dimiliki seorang pemimpin. Pemimpin yang
tinggi kuasa informasinya, berarti makin banyak orang yang memerlukan informasi
tersebut, karena bernilai baginya akan semakin besar potensi untuk mempengaruhi
orang lain.
g)
Kuasa
koneksi, didasarkan pada koneksi yang dimiliki seorang pemimpin terhadap orang
penting atau berpengaruh baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin yang
tinggi kuasa koneksinya, berarti makin banyak mempunyai koneksi, maka akan
semakin besar potensi mempengaruhi orang lain.
No comments :
Post a Comment