Thursday, 21 April 2016

KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI

KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI

A.    Kepemimpinan
1.    Pengertian Dan Kemampuan Yang Perlu Dimiliki Pemimpin

Seorang pemimpin adalah seorang yang diberi kepercayaan untuk memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada semaksimal mungkin dengan mempertimbangkan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal organisasi dan memperhatikan peluang dan ancaman lingkungan eksternal untuk tercapainya suatu tujuan. Dalam usaha untuk dapat memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin, seorang pemimpin dituntut untuk memiliki beberapa keterampilan sebagai berikut :
1)    Keterampilan teknis (technical skill), yaitu keterampilan untuk menggunakan pengetahuan, metode, prosedur, proses dan peralatan yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugas tertentu yang diperoleh dan pengalaman, pendidikan dan pelatihan. Keterampilan ini penting bagi pimpinan tingkat bawah, dimana hubungan antara pemimpin dan bawahan sangat dekat. Namun kurang begitu penting bagi pimpinan tingkat atas.
2)    Keterampilan kemanusiaan (Human skill), yaitu keterampilan untuk bekerja dengan dan melalui orang lain, yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan penerapan kepemimpinan yang efektif.
3)    Keterampilan konseptual (Conceptual skill), yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi dan h3suaian setiap bidang kegiatan kerja organisasi ke dalam bidang lain secara menyeluruh dan terkoordinir. Ketrampilan konseptual berkaitan dengan gagasan, untuk berpikir dalam kaitannya dengan model, kerangka, hubungan yang luas seperti rencana jangka panjang.




Gambar     :    Keterampilan pimpinan berdasarkan tingkat manajemen
Tingkat manajemen Kemampuan yang diperlukan
Manajemen Tingkat.

Tingkat Manajemen
Kemampuan yang diperlukan

Manajemen Tingkat Atas
Konseptual
Manajemen Tingkat Menengah
Kemanusiaan

Manajemen Tingkat Bawah

Teknis


2.    Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu aspek manajerial dalam kehidupan organisasi dan merupakan suatu posisi kunci. Menurut George Terry, kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela. Paul Hersey mendefinisikan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengartikan aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk tercapainya suatu tujuan pada situasi tertentu.
Kepemimpinan seseorang akan mampu membedakan karakteristik suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Kepemimpinan yang dinamis dan efektif sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi. Dengan memahami teori kepemimpinan, seorang pemimpin akan dapat meningkatkan pemahaman terhadap individunya, mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, serta akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengarahkan dan mengendalikan para
bawahannya.

3.    Beberapa Pendekatan Teori Kepemimpinan
Dengan memahami teori kepemimpinan, seorang pemimpin dapat menentukan gaya kepemimpinannya secara tepat sesudah dengan situasi dan kondisi para bawahan. Oleh karenanya jika seorang pemimpin ingin meningkatkan kemampuan kepemimpinannya sehingga lebih dinamis dan efektif, perlu mengetahui dan memahami ruang lingkup gaya kepemimpinan yang efektif. Pendekatan dasar terhadap kepemimpinan menurut Heliriegel dan Locu dapat dikelompokkan ke dalam tiga pendekatan :
a.    Pendekatan sifat (traits approach), dengan lebih menekankan pada pendekatan karakteristik individu pemimpin
b.    Pendekatan perilaku (behavioral approach), dengan menekankan pada pendekatan tindakan seorang pemimpin
c.    Pendekatan kontingensi (contingency approach), dengan menelaah hubungan antara karakteristik organisasi dengan perilaku seorang pemimpin.

Secara garis besar ketiga pendekatan di atas dapat diuraikan
sebagai berikut :
a.    Pendekatan sifat (traits approach)
Usaha untuk merumuskan teori kepemimpinan mula-mula
dimulai dan usaha untuk mengidentifikasi ciri-ciri seorang pemimpin yang berhasil. Pada masa tersebut pendekatan ditujukan pada sifat-sifat pemimpin yang meliputi: keadaan fisik, latar belakang sosial, kepribadian serta karakteristik yang berhubungan dengan tugas-tugas. Ciri-ciri tersebut merupakan sifat-sifat yang diperkirakan sebagai sifat harus dimiliki seorang pemimpin dan menjadi faktor penentu yang membedakan antara seorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin. Keith Davis menyatakan bahwa ada empat macam kelebihan sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu meliputi: (1) intelegensi, (2) kematangan dan luasnya pandangan sosial, (3) motivasi individu untuk berprestasi, dan (4) mempunyai kemampuan untuk mengadakan hubungan antar manusia.

b. Pendekatan Perilaku (behavioral approach).
Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dan tindakan seorang pemimpin dan bukan dan sifat-sifat atau ciri-ciri seorang pemimpin yang sukar untuk diidentifikasi. Pendekatan ini membahas suatu cara untuk mengidentifikasi pemimpin yang efektif melalui profil perilaku pemimpin. Beberapa teori yang menelaah kepemimpinan dari pendekatan perilaku antara lain adalah:

1)    Teori kepemimpinan Universitas Michigan
Kelompok Michigan berusaha mempelajari kepemimpinan, dengan menggolong-golongkan ciri-ciri yang kelihatannya satu dengan yang lain ada saling hubungan serta ada hubungannya pula dengan efektifitas kepemimpinan. Dalam studinya diidentifikasi kepemimpinan, yaitu (1) gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan (2) gaya kepemimpinan yang berorientasi produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan sangat memperhatikan hubungannya dengan bawahan, sedangkan yang berorientasi pada produksi sangat memperhatikan hasil yang dicapai oleh perusahaan.

2)    Teori kepemimpinan Ohio State University
Ohio State University mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan , yaitu: (1) gaya kepemimpinan penuh perhatian (consideration), yaitu berhubungan dengan persahabatan, saling mempercayai, penghargaan dan kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan bawahannya; (2) gaya memprakarsai suatu struktur (initiating structure), yaitu cara pemimpin melukiskan hubungannya dengan bawahan dalam usaha menetapkan pola organisasi, saluran komunikasi dan metoda atau prosedur yang digunakan dalam organisasi.

3)    Teori Kepemimpinan Managerial Grid
Teori ini dikembangkan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang mengidentifikasi variasi gaya dan hasil kombinasi antara “perhatian pada orang” (concern for people) dan “perhatian pada hasil” (concern for production). Berdasarkan kombinasi tersebut dihasilkan lima gaya kepemimpinan sebagai berikut:
(1)  gaya kurang efektif (impoverish), dengan ciri rendahnya hubungan dengan orang dan hasil
(2)  gaya moderat (middle-of-the Road), dengan ciri memperhatikan keseimbangan antara perhatian pada human relation dan prestasi kerja pada tingkat yang cukup memuaskan;
(3)  gaya yang menekankan pada kepuasan orang dengan mengorbankan penyelesaian tugas (country club);
(4)  gaya yang menekankan pada prestasi kerja dengan mengorbankan human relation (task);
(5)  gaya yang memperhatikan peningkatan prestasi kerja dan
human relation (team).
b.    Pendekatan kontingensi (Contingency approach)
Seorang pemimpin dalam setiap melakukan pengambilan keputusan selalu dipengaruhi oleh faktor situasi. Pendekatan kontingensi menitik beratkan pentingnya situasi dalam menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai setiap masalah yang dihadapi. Fiedler dan Chemers mengembangkan teori kepemimpinan yang disebut dengan Leadership Contingency Model. Menurut pendekatan ini kepemimpinan yang berhasil bergantung kepada penerapan gaya seorang pemimpin terhadap tuntutan situasi. Suatu gaya kepemimpinan akan efektif apabila gaya. tersebut digunakan pada situasi yang tepat. Menurut Fiedler ada tiga faktor yang menentukan apakah suatu situasi dapat membantu pemimpin dalam menetapkan gaya kepemimpinannya secara efektif :
 (1). Hubungan antara pemimpin dengan para anggota. Hubungan ini dianggap merupakan faktor yang penting sebab akan menentukan kekuasaan dan pengaruh-pengaruh seorang pemimpin. Otoritas pemimpin tergantung pada diterima atau tidaknya seorang pemimpin oleh anggota. Apabila karena kepribadiannya seorang pemimpin disenangi anggota kelompoknya maka tidak diperlukan dukungan organisasi melalui struktur tugas atau kekuasaan karena kedudukan;
(2).  Struktur tugas. Seberapa besar ruang lingkup dan terperincinya tugas-tugas yang dihadapi, akan menentukan sejauh mana seorang pemimpin dapat memberikan instruksi dan mengendalikan para bawahannya. Makin besar ruang lingkup dan makin terperinci tugas-tugas yang ada maka akan makin besar dukungan organisasi kepada seorang pemimpin. Pada tugas yang tidak terstruktur, pemimpin harus mengetahui masalahnya lebih banyak dibandingkan dengan para bawahan;
 (3) Kuasa dalam posisinya sebagai pemimpin, yaitu kekuasaan yang dimiliki pemimpin karena kedudukannya. Kombinasi dan ketiga hal tersebut dapat menghasilkan dimensi baru yang disebut dengan “The Situational Favorableness Dimension”, seperti terlihat pada gambar berikut :





Hubungan Pemimpin anggota
Baik
Tidak Baik
Struktur Tugas
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Kekuasaan
(Karena Posisi

Kuat
Lemah
Kuat
Lemah
Kuat
Lemah
Kuat
Lemah
Gambar: The Situational Favorableness Dimension, Fiedler

Berbicara tentang kuasa (power), yaitu potensi untuk mempengaruhi orang lain, menurut French dan Raven yang dikembangkan oleh Hersey dan Goldsmith bersumber dari tujuh faktor :
a)    Kuasa paksaan, didasarkan pada rasa takut. Potensi seorang pemimpin untuk mempengaruhi para pengikutnya didasarkan pada ancaman-ancaman atau paksaan. Makin tinggi kuasa paksaan yang dimiliki seorang pemimpin atau semakin besar kemampuan pemimpin untuk dapat memaksa para pengikutnya maka akan semakin besar kemampuan pemimpin untuk dapat mempengaruhi pengikutnya.
b)    Kuasa ganjaran, didasarkan kemampuan seorang pemimpin untuk dapat menyediakan imbalan bagi para pengikutnya. Makin tinggi kuasa ganjaran yang dimiliki pemimpin, berarti makin besar mereka dapat menyediakan imbalan bagi para pengikutnya, maka makin besar pula pengaruh seorang pemimpin terhadap para pengikutnya.
c)    Kuasa legitimasi, berdasarkan posisi jabatan yang dipegang seorang pemimpin. Makin tinggi kuasa legitimasi yang dimiliki seorang pemimpin, yang berarti semakin tinggi posisi seseorang maka akan semakin besar pula potensi mempengaruhi orang lain.
d)    Kuasa keahlian, didasarkan atas keahlian, keterampilan den pengetahuan yang dimiliki seorang pemimpin. Pemimpin yang tinggi kuasa keahliannya, berarti akan banyak dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi pare pengikutnya; sehingga akan memudahkan jalan kehidupan para pengikut. Keadaan ini akan menimbulkan kepatuhan para pengikut terhadap pemimpin tersebut.
e)    Kuasa referen, didasarkan sifat-sifat pribadi seorang pemimpin. Pemimpin yang tinggi kuasa referensinya, berarti mempunyai sifat-sifat kepribadian yang baik dan dikagumi, sehingga dapat membantu orang lain dalam menghadapi masalah, akan semakin besar potensi untuk mempengaruhi orang lain.
f)     Kuasa informasi, didasarkan informasi yang dimiliki seorang pemimpin. Pemimpin yang tinggi kuasa informasinya, berarti makin banyak orang yang memerlukan informasi tersebut, karena bernilai baginya akan semakin besar potensi untuk mempengaruhi orang lain.

g)    Kuasa koneksi, didasarkan pada koneksi yang dimiliki seorang pemimpin terhadap orang penting atau berpengaruh baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin yang tinggi kuasa koneksinya, berarti makin banyak mempunyai koneksi, maka akan semakin besar potensi mempengaruhi orang lain. 

No comments :

Post a Comment